Salam Kenal

Nafira
3 min readFeb 16, 2020

--

Butuh banyak sekali waktu sebelum akhirnya memutuskan untuk ada di sini. Selama ini pikiran-pikiran untuk mulai menulis di Medium hanya didiamkan begitu saja di kepala, tanpa aksi dan tanpa hasil. Satu-satunya penghambat adalah keraguan pada diri sendiri. Melawan ketidakpercayaan diri dan memberanikan diri untuk memulai sesuatu yang baru memang tidak pernah mudah. Tapi mengingat kembali alasan utama menulis jurnal setiap hari jadi motivasi saya memulai ini.

Customized notebook from Yoriyoi

Buku dengan cover unicorn dan bertuliskan nama saya ini berisi lembar-lembar merah muda tanpa garis, pemberian sahabat sebagai hadiah wisuda. Di halaman pertama buku itu saya isi dengan tulisan syukur karena akhirnya berhasil lulus, ucapan terima kasih kepada pemberi hadiah dan tentu saja menuliskan niat atau semacam gambaran apa yang akan saya lakukan dengan buku itu.

Saya berkomitmen untuk menulis apa saja yang saya pikirkan dan rasakan, sebagai usaha untuk memahami pikiran sendiri, merekam ingatan, perasaan dan sebagai pengingat, sebab saya orang yang mudah lupa.

Bukan, bukan lupa pada deretan tugas yang harus diselesaikan.

Keseharian saya tidak sesibuk itu.

Tapi sebagai pengingat pada rasa sedih dan kecewa yang tidak asing, berulang dan sering terjadi karena kesalahan diri sendiri dalam mengolah rasa atau mengambil keputusan. Hasilnya, selama beberapa bulan cukup baik meskipun tulisannya acak dan dilakukan sesuka hati. Tapi saya merasakan dampak baik dari menuliskan apapun pada lembar-lembar polos merah muda itu. Entah bagaimana menjelaskannya, ada banyak penelitian dan artikel tentang manfaat menulis yang tersebar di internet dan tidak perlu dijelaskan disini.

Setelah dilewati beberapa bulan, ternyata tantangan terbesar dari menulis jurnal adalah konsistensi. Saya tidak disiplin dan tidak pernah rutin dalam menulis. Pada akhirnya saya merasa tujuan utama saya menulis jurnal tidak tercapai; banyak hal yang terlewatkan begitu saja tanpa saya abadikan dengan tulisan tangan saya yang berantakan dan saya masih saja menjadi orang yang pelupa.

Musuh terbesar memang diri sendiri. Rasa malas dan yang tidak kalah mengganggu; rasa sedih ketika hidup sedang tidak baik-baik saja. Pada masa-masa kelam seperti itu, perilaku saya pada menulis jurnal justru berubah drastis.

Jangankan ingin memulai menuliskan apa yang saya rasakan saat sedang sedih, membuka lembar-lembar yang lalu pun saya tidak berani. Artinya, saya gagal mengingatkan diri saya sendiri pada apa yang ingin saya ingat. Saya jatuh pada kesalahan yang itu-itu saja karena saya masih jadi orang yang pelupa. Saya takut pada fakta bahwa saya tidak berhasil melalui proses belajar saya menjadi manusia yang lebih baik lewat menulis jurnal.

Tanpa saya sadari, perilaku ini justru membuat saya semakin larut dalam kesedihan dan semakin berantakan. Saya abai pada pentingnya berdamai dengan diri sendiri lewat menulis jurnal. Saya lupa pada tujuan awal saya menulis jurnal; sebagai ajang untuk jujur pada diri sendiri, tempat saya belajar menerima dan mengurai pikiran saya yang runyam dan sering kali sulit dipahami, tempat saya bisa mengakui dan menerima bahwa saya salah, maka tulislah agar besok tidak terulang. Semakin saya jauh dari alasan-alasan itu, saya semakin lihai lari dari rasa sedih saya sendiri yang akhirnya bisa meledak sewaktu-waktu.

Saya terakhir menulis pada buku itu pada tanggal 22 Oktober 2019 dan hari ini saya memutuskan untuk berhenti kabur dari rasa sedih dengan memulai menguraikan pelan-pelan apa terendap selama empat atau lima bulan terakhir ini.

Setiap orang punya caranya masing-masing untuk belajar memahami atau menenangkan dirinya sendiri, bagi saya yang tidak pandai mengutarakan perasaan, menulis jurnal adalah proses yang penting. Sengaja saya menggunakan akun Medium untuk momentum kembali rajin menulis jurnal dengan harapan agar saya lebih merasa bertanggung jawab pada buku itu. Keputusan menulis di Medium dan membebaskan siapa saja untuk membaca (kalau ada) juga untuk melatih kepercayaan diri. Harapan saya setelah tulisan ini akan ada tulisan-tulisan lain yang akan saya unggah ke sini.

Akhirnya, salam perkenalan yang cukup panjang ini saya akhiri dengan ucapan terima kasih apabila kamu, iya kamu, membaca tulisan saya ini sampai kata terakhir.

Yogyakarta, 17 Februari 2019 02:28 WIB

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Nafira
Nafira

Written by Nafira

writing as an attempt to appreciate my own thoughts.

No responses yet

Write a response